Bank Indonesia Sultra dan Pemda Konsel Kembangkan Desa Devisa Kopi

oleh -167 Dilihat
Istimewa

Kendari, Berikabar.id – Indonesia merupakan negara keempat sebagai produsen kopi dunia dengan pangsa hingga 9 persen dari pasokan kopi dunia dengan trend produksi yang tumbuh positif selama 5 tahun terakhir (Kementerian Perdagangan, 2021). Badan Pusat Statistik (2020) mencatat bahwa terdapat delapan daerah terbesar penghasil kopi nasional dan sebagian besar terpusat di Pulau Jawa dan Sumatera yang sebagian besar berasal dari Perkebunan Rakyat. Lebih lanjut, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) menyatakan bahwa jenis Kopi Robusta dan Liberica masih sangat potensial untuk dikembangkan di daerah Kawasan Timur Indonesia.

Sulawesi Tenggara yang memilki tipografi sebagian besar dataran rendah sangat potensial untuk menjadi salah satu daerah penghasil kopi di Kawasan Timur Indonesia, khususnya untuk jenis Robusta menimbang lahan yang tersedia masih sangat luas. BPS (2020) mencatat bahwa areal perkebunan Kopi Provinsi Sulawesi Tenggara seluas 8.521 Ha dengan status kepemilikan Perkebunan Rakyat terbilang memiliki tingkat produktivitas yang masih rendah, yaitu 460 ton/ha. Tentu saja produktivitas yang rendah dapat menghambat kontinuitas produksi dan akhirnya turut menjadi penghambat akses ke pangsa pasar ekspor.

kpu

Melihat kondisi tersebut, Bank Indonesia perwakilan Sultra bekerja sama dengan Pemda Konawe Selatan akan mengembangkan Kopi untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Pengembangan komoditas ini sejalan dengan visi Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Selatan untuk mendorong “Satu Desa, Satu Komoditas untuk Mewujudkan Desa Maju” sekaligus menciptakan iklim pengembangan usaha yang kondusif.

Seperti yang dilakukan warga desa di Desa Amatowo dan Tridana Mulya, Kecamatan Landono. Budidaya Kopi telah dilakukan oleh masyarakat di Desa Amatowo dan Tridana Mulya sejak tahun tahun 2015 dan didukung Oleh berbagai potensi, antara Iain lahan perkebunan siap tanam tersedia hingga 212 ha, terdapat petani penangkar bibit, tersedia tenaga kerja yang mendukung, adanya kelembagaan yang baik, tersedia pengecer pupuk dan pestisida, dan terdapat pengepul kopi lokal (local champion) melalui kemitraan bersama CV Kopindo Sukses Bersama dengan brand Kopi Tolaki.

BACA JUGA :  Bertemu Komisi XI, BI Sultra Paparkan Program Digitalisasi Bagi UMKM

Meskipun demikian, masih terdapat berbagai tantangan yang dihadapi dalam pengembangan Kopi di Desa Amatowo dan Tridana Mulya, antara Iain kualitas produk yang belum terstandardisasi, kapasitas produksi yang belum mampu memenuhi permintaan buyer, dan kurangnya edukasi petani dalam budidaya dan pengembangan usaha kopi.

Mengamati kondisi tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara bersama Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/ Indonesia Eximbank bersinergi dalam mendorong pengembangan Klaster Kopi di Desa Amatowo dan Desa Tridana Mulya dalam program bersama yang diberi nama Desa Devisa. Selanjutnya, sebagai komitmen bersama dalam pengembangan Klaster Kopi di Kabupaten Konawe Selatan melalui program Desa Devisa maka dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) terkait Program Pengembangan Klaster Desa Devisa Komoditas Kopi di Kabupaten Konawe Selatan antara KPwBl Prov. Sultra, Pemkab. Konawe Selatan, dan LPEI pada tanggal 4 Agustus 2022 lalu.

Harlina